Polemik pusat tahfiz negara, terutama yang berkaitan dengan isu kebajikan, keselamatan, dan pengeksploitasian pelajar, telah menjadi topik debat yang hangat dan belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian. Kisah yang menyayat hati dan menggemparkan negara sering kali melibatkan institusi tahfiz, dan yang terbaru adalah kebakaran di asrama lelaki sebuah pusat tahfiz di Kampung Medan Telok Panglima Garang (Kuala Langat) pada bulan Julai tahun lalu. Walaupun pusat tahfiz ini berdaftar dengan Jabatan Agama Islam Selangor (JAIS), insiden seperti ini masih berlaku, dan yang lebih mengkhawatirkan ialah jika institusi pendidikan tahfiz ini beroperasi tanpa pemantauan kerana tidak mendaftarkannya dengan pihak berkuasa.
Diperkirakan terdapat sekitar 1,000 pusat pengajian tahfiz yang tidak berdaftar di seluruh negara, dan hanya di Selangor, terdapat sekitar 800 tahfiz persendirian yang tidak didaftarkan, hal ini memunculkan kekhawatiran Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, yang ingin semua sekolah tahfiz di Negeri itu didaftarkan melalui program pemutihan. Namun, pertanyaannya adalah mengapa Selangor masih menghadapi masalah pusat tahfiz tidak berdaftar yang tinggi, padahal pemerintah Negeri telah memperbaiki panduan dalam program pemutihan untuk memudahkan pemilik tahfiz mendaftar.
Pemerintah Selangor telah mengambil langkah proaktif sejak tahun 2019 untuk menyediakan panduan pemutihan tahfiz dan sekolah agama persendirian yang disetujui dalam Mesyuarat Jawatankuasa Perancang Negeri Selangor pada bulan Disember 2020, dan mulai diberlakukan pada 1 Januari 2021. Namun, upaya ini hingga saat ini masih belum efektif dalam mengatasi masalah pusat tahfiz tidak berdaftar, dan menurut beberapa pakar, pemilik pusat tersebut masih mengalami kesulitan dalam memenuhi persyaratan, standar, dan panduan yang ditetapkan.
Menurut Dr. Zainora Daud, seorang pensyarah kanan di Fakulti Pengajian Quran dan Sunnah, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM), persyaratan yang tinggi, standar, dan panduan yang ditetapkan mungkin sulit dipenuhi oleh pemilik tahfiz, seperti biaya yang tinggi untuk mendapatkan izin perencanaan dan pembangunan dari pihak berwenang setempat. Oleh kerana itu, penglibatan pihak terkait dalam menangani masalah ini sangat penting. Pemerintah Selangor harus mempertimbangkan untuk mempermudah proses pendaftaran dengan memperbaiki panduan yang ada.
Muhammad Hafiz Muhammad Haneefa, Ketua Persatuan Institusi Tahfiz Al-Quran Selangor (PITAS), juga menekankan perlunya panduan yang lebih jelas dalam program pemutihan pendaftaran institusi tahfiz di Negeri tersebut untuk membantu kelangsungan operasi tahfiz atau sekolah agama persendirian.
Saat ini, beberapa pihak, termasuk JAIS dan pihak berwenang setempat, sedang memperbaiki panduan yang ada untuk membantu pemilik mendaftarkan tahfiz mereka. Salah satu perbaikan tersebut adalah mensyaratkan bahawa setiap lembaga tahfiz harus memiliki setidaknya fasilitas keamanan dasar, seperti tangga, pintu keluar, dan alat pemadam kebakaran.
Menurut Dr. Mohammad Fahmi Ngah, Exco Hal Ehwal Agama Islam, Industri Halal, Infrastruktur Digital, dan Pembiayaan Sains, Teknologi, Inovasi (STI) Selangor, pemerintah Selangor berkomitmen untuk terus membantu pendaftaran institusi agama persendirian agar tetap beroperasi di Negeri itu. Proses pemutihan tahfiz akan terus dilakukan untuk memastikan tahfiz di Selangor mematuhi prosedur standar operasi (SOP) dan syarat yang ditetapkan untuk melindungi nyawa pelajar.
Selain itu, orang tua juga diingatkan untuk tidak mengambil risiko dengan memeriksa apakah lembaga tahfiz yang akan mereka pilih sudah terdaftar atau belum dengan JAIS untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Proses pemutihan ini perlu dilihat dari sudut pandang positif untuk memperkuat institusi tahfiz di Malaysia dan bukan untuk menghalangi dakwah atau menutup lembaga tahfiz seperti yang dituduhkan oleh beberapa pihak. Sebelumnya, telah dikabarkan bahawa pemerintah Selangor ingin menutup sekitar 200 pusat tahfiz di negara bagian tersebut, tetapi pemerintah Negeri membantahnya dan menyatakan bahawa langkah tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan bagi institusi tahfiz.
Menurut Dr. Zainora, langkah ini juga sejalan dengan Dasar Tahfiz Negara yang membutuhkan penglibatan semua pihak untuk menghadapi dan menangani isu serta tantangan terkait pendidikan tahfiz, dengan mempertimbangkan faktor keamanan sebagai faktor utama. Institusi tahfiz yang tidak terdaftar beroperasi di berbagai tempat seperti rumah toko, lahan pertanian, atau daerah terpencil, sehingga perlu dibuat panduan yang jelas agar pemilik tahfiz bertanggung jawab untuk menyediakan fasilitas yang nyaman dan aman. Dr. Zainora juga menekankan agar tidak ada pihak yang memanfaatkan anak-anak tahfiz untuk mengumpulkan sumbangan.
Proses pemutihan ini juga harus dilihat secara positif sebagai upaya untuk memperkuat institusi tahfiz di Malaysia dan bukan untuk menghalangi dakwah atau menutup pusat tahfiz.