PULASAN | Jika dilihat di tempat lain, lelaki itu sangat mudah membuat kita tertarik dan yakin padanya. Wajahnya kelihatan mesra, seperti orang yang sering pergi masjid dengan janggut panjang seperti lelaki Asia Selatan lainnya.
Jika dia menghadapi kesulitan, dia segera dibantu tanpa banyak tanya. Kondisinya sudah cukup untuk membuat orang biasa merasa kasihan dan menyadari betapa sulitnya hidup di negara orang dan setiap saat merindukan keluarga yang jauh di sana.
Malam tiba, dia menjadi pengawal keamanan. Biasanya mulai pukul 7 malam atau lebih awal, dia siap siaga dan akan terus bekerja hingga pagi esok.
Saat waktu melewati jam 10 malam, lalu lintas di daerah perumahan itu menjadi sepi. Dan di situlah diperlukan peningkatan pengawalan keamanan.
Namun saat itu jika lelaki Asia Selatan itu bekerja, dia selalu menunduk dan matanya menatap ponselnya. Tidak peduli siapa pun yang melewati sampingnya. Dia tidak ingin mengangkat kepala atau mengangkat tangan.
Jika pada awal pagi, dia hanya ada di sana secara fisik, sementara pikirannya melayang kemana-mana. Mungkin dia sedang bermimpi, mungkin tidak. Tapi dia biasanya terlelap di tengah udara dingin malam.
Karakter dan persepsi
Beberapa waktu kemudian, lelaki berjenggot dan berjambang itu tidak terlihat lagi. Penggantinya adalah seorang lelaki lain yang berasal dari wilayah yang sama, tetapi memiliki tubuh yang sedikit lebih tinggi dan dibezakan dengan dagu yang selalu dicukur. Dia selalu memakai topi. Siapa pun yang melewati palang di dekatnya, dia akan menatap lurus ke arah orang itu dan mengangkat tangannya.
Tidak peduli jam berapa pun area itu dilalui. Dia akan mengangkat kepala dan mengangkat tangan. Setidaknya orang yang lewat tahu bahawa pengawal pondok tidak tidur. Kamera pengawasan terus berfungsi.
Tentu saja itu tidak cukup untuk memastikan bahawa hanya orang yang memiliki niat baik atau berhak saja yang memasuki area tersebut. Tetapi setidaknya jika ada yang berniat jahat, sedikit demi sedikit dia akan berpikir bahawa kemunculannya akan terlihat saat dia memasuki tempat tersebut.
Demikianlah, terkadang penampilan dan kelakuan seseorang tidak hanya memberikan persepsi yang salah. Tetapi juga dapat berdampak tidak langsung pada keyakinannya terhadap tuhan dan agama.
kerana itu, seseorang yang memiliki posisi tinggi, dihormati, dan dianggap pemimpin, kelakuannya harus selalu dijaga. Tentu saja dia tidak sempurna, tetapi kekurangan itu harus dijaga.
kelakuan buruk, misalnya, sebaiknya disimpan dengan baik di dalam lemari tidur di rumah, bukan ditunjukkan kepada publik. Malu jika diketahui orang lain.
Demikian juga kesenangan dalam mengucapkan kata-kata kasar, kerana itu hanya akan menciptakan tawa dari yang mendengarnya. Tidak perlu membanggakan ketertarikan kita pada mengucapkan kata-kata kasar.
Didakwaan sebagai pemimpin yang penuh semangat atau jika dia seorang ustadz, maka dia akan dipandang sebagai seorang agamawan yang keren. Dia tidak menyadari bahawa di balik kesenangan dan kebanggaan itu ada mata lain yang melihatnya hanya sebagai seseorang yang munafik.
Namun, itu bukanlah hal terbesar kerana ada yang lebih buruk, yaitu ketika orang terkemuka, dihormati, dan dianggap sebagai pemimpin cerdas, bisa membela kebodohan tersebut.
kelakuan buruk disucikan
Tindakan buruk kemudian disertai dengan alasan yang mencoba memperdaya orang lain agar menjadi seperti dia. Misalnya, menyandarkan kelakuan buruk itu kepada budaya “orang kampung” tertentu.
Merayakan orang kampung di pedalaman Sik, Changlun, atau Baling, misalnya, atau di daerah terpencil di Kuala Berang. Meskipun kamu terlalu sibuk dengan politik, setidaknya belas kasihanilah orang kampung yang kamu sakiti seenaknya.
kelakuan buruk ini kemudian dibenarkan secara kolektif dengan menggunakan alasan agama yang terdistorsi. Jika itu bukan asabiah, entah lagi istilah yang harus digunakan.
Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, apalagi dirayakan dengan tawa dan perasaan baik-baik saja. Merestui tindakan buruk ini hanya akan menciptakan budaya tidak sopan atau kebiadaban yang akan kita rasakan dampaknya di masa depan.
Bayangkan jika suatu hari kita mengadakan acara resmi untuk merayakan kedatangan seorang wakil rakyat. Pada saat itu, masyarakat akan saling bersumpah sumpah dengan alasan untuk membangun keakraban.
Untuk lebih asyik, masyarakat akan saling menepuk kepala rekan atau kenalan sebagai ekspresi keakraban. Dan tentu saja, jika dilanjutkan dengan memukul kepala dengan sepatu.
“Lama tidak bertemu orang ini!” misalnya di Terengganu. Dan tentu saja orang Perak juga tidak ingin ketinggalan. Banyak yang bergurau dengan mengumpat, mengucapkan kata-kata kasar, dan menertawakan fisik orang lain.
Lebih jauh lagi, kita bisa melihat kelakuan kasar ini jika kita rajin membaca tanggapan dari artikel ini. Baik di bawah, atau di media sosial.
Dan sebagian besar dari mereka